Seorang penulis buku ttg Motivasi yaitu Max Gunther pernah mengkritik sistem pendidikan di Amerika Serikat tahun 70 an katanya hanya akan melahirkan lulusan “ Sanglaritis “ artinya mereka mempunyai mental buruh, yaitu ingin menjadi pegawai negeri atau pegawai swasta,krg mampu dan mau menciptakan lapangan kerja sendiri, kasus di Indonesia hal itu masih terjadi sampai sekarang.
Jumlah pengangguran di Indonesia 10 % adalah kaum intelek yg menyandang gelar pendidikan perguruan tinggi.
Siapakah yang bersalah;apakah mahasiswa, orang tua atau pemerintah?.
Mahasiswa sulit untuk mau dan memulai wirausaha dg alasan mereka tdk diajar dan dirangsang berusaha sendiri;
Didukung oleh lingkungan budaya masyarakat dan keluarga yg dari dulu selalu ingin anaknya menjadi orang gajian / pegawai. Para orang tua kebanyakan tidak memiliki pengalaman dan pengetahuan berusaha.
Generasi muda sudah saatnya mengubah pola pandang,jangan hanya berfikir menjadi pegawai setelah lulus dari Lembaga Pendidikan Tinggi,apalagi Pegawai Negeri,menjadi Wirausaha perlu difikirkan sebagai pilihan.
Untuk memajukan perekonomian dan kesejahteraan Indonesia butuh 4 juta wirausaha terutama yg Inovatif,di Indonesia baru ada 400.000 atau 0,18% sebaiknya 2% dari populasi.
Lembaga pendidikan tinggi diharapkan mampu menciptakan jiwa wirausaha sehingga mereka mampu mandiri dan menciptakan lapangan kerja, Pendidikan Kewirausahaan / Entrepreneurship Indonesia perlu ditingkatkan.
Satu minggu sebelum wisuda, saya terheran- heran dengan kampus tempat saya belajar, di hari sebelumnya mereka memberikan workshop wirausaha dan saya pikir itu bagus namun berselang satu hari kami disajikan sebuah workshop yang berbanding terbalik dengan workshop di hari sebelumnya ( workshop pelatihan dunia kerja), sebenarnya maunya kampus ini seperti apa?. Dilain sisi menumbuhkan semangat dan jiwa2 financial freedom daripada anak bangsa namun di sisi yang lain membunuh secara perlahan semangat dan impian daripada mereka2 yg sudah belajar untuk bisa sedikit bernafas lega. Harapanku 1, seorang pemimpin sedapat dan sebisa mungkin yang lurus,
dalam artian lain dan dalam bahasa jawa SAKKLEK.
nb : Baca artikel terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar